Tata Cara Pendirian Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang
memiliki anggota atau badan hukum yang didirikan dengan berlandaskan asas
kekeluargaan serta demokrasi. Koperasi merupakan produk ekonomi yang kegatannya
menjadi gerakan ekonomi kerakyatan, dan berjalan dengan prinsip gotong-royong.
Untuk mendirikan suatu koperasi, pendiri
ataupun anggota harus mengetahui serta menjalankan tata cara pendiriannya seperti
yang tergambar pada bagan berikut sesuai dengan Peraturan Menteri Koperasi dan
UKM RI Nomor 10 Tentang kelembagaan koperasi :
TATA CARA MENDIRIKAN KOPERASI
1.
Sekelompok orang yang akan membentuk koperasi wajib memahami:
a. Pengertian, nilai dan
prinsip koperasi;
b. Azas kekeluargaan;
c. Prinsip badan hukum; dan
d. Prinsip modal sendiri
atau ekuitas.
2.
Pembentukan koperasi harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Koperasi Primer dibentuk
dan didirikan oleh paling sedikit 20 (dua puluh) orang yang mempunyai kegiatan
dan kepentingan ekonomi yang sama;
b. Pendiri Koperasi Primer
sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah warga Negara Indonesia, mampu
melakukan perbuatan hukum dan memiliki kegiatan ekonomi yang sama;
c. Nama koperasi terdiri
dari paling sedikit 3 (tiga) kata;
3.
Melaksanakan kegiatan usaha yang langsung memberi manfaat secara
ekonomis kepada anggota;
4. Mengelompokkan usaha koperasi menjadi usaha utama, usaha pendukung
dan usaha tambahan yang dicantumkan dalam anggaran dasar;
5. Para pendiri menyetorkan modal sendiri yang terdiri dari simpanan
pokok dan simpanan wajib sebagai modal awal untuk melaksanakan kegiatan usaha
yang jumlahnya sesuai kebutuhan yang diputuskan oleh rapat pendirian koperasi.
6. Para pendiri wajib mengadakan rapat persiapan pembentukan koperasi
yang membahas semua hal yang berkaitan dengan :
a. Rencana pembentukan
koperasi
b. Nama koperasi;
c. Rancangan anggaran dasar
koperasi;
d. Usaha koperasi;
e. Besarnya simpanan pokok
dan simpanan wajib sebagi modal awal;
f.
Pemilihan pengurus; dan
g. Pemilihan pengawas.
7.
Dalam rapat persiapan pembentukan koperasi dilakukan penyuluhan
koperasi terlebih dahulu oleh penyuluh perkoperasian baik dari instansi pemerintah
maupun dari non pemerintah.
8.
Dalam rapat pembentukan koperasi sebagaimana dimaksud dapat
dihadiri oleh Notaris yang terdaftar di Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah.
9.
Notaris sebagaimana dimaksud mencatat pokok–pokok hasil pembahasan
yang disepakatidalam rapat pendirian untuk dirumuskan dalam akta pendirian.
10.
Rapat pembentukan koperasi primer dihadiri oleh sekurang-kurangnya
20 (dua puluh) orang pendiri,
11. Rapat pembentukan koperasi sebagaimana dipimpin oleh seorang atau
beberapa orang yang ditunjuk oleh para pendiri.
12.
Rapat pembentukan sebagaimana menetapkan anggaran dasar koperasi.
13.
Anggaran dasar
14.
Memuat sekurang-kurangnya:
a. daftar nama pendiri;
b. nama dan tempat
kedudukan;
c. jenis koperasi;
d. maksud dan tujuan;
e. jangka waktu berdirinya;
f.
keanggotaan;
g. jumlah setoran simpanan
pokok dan simpanan wajib sebagai modal awal;
h. permodalan;
i.
rapat anggota;
j.
pengurus;
k. pengawas;
l.
pengelolaan dan pengendalian;
m. bidang usaha;
n. pembagian sisa hasil
usaha;
o. ketentuan mengenai
pembubaran, penyelesaian, dan hapusnya status badan hukum;dan
p. sanksi.
15. Hasil pelaksanaan Rapat
Anggota pembentukan koperasi dibuat dalam :
a. berita acara rapat
pendirian koperasi; atau
b. notulen rapat pendirian
Koperasi.
PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI
1.
Para pendiri koperasi atau kuasanya mempersiapkan akta pendirian
koperasi untuk diajukan kepada Notaris.
2.
Dalam penyusunan akta pendirian koperasi, para pendiri atau
kuasanya dapat berkonsultasi dengan ahli perkoperasian yang didampingi oleh
Notaris.
3.
Para pendiri koperasi atau kuasanya mengajukan permohonan
pengesahan akta pendirian koperasi secara tertulis kepada Pejabat yang
berwenang melalui Notaris.
4.
Permohonan pengesahan Akta pendirian koperasi diajukan kepada
Menteri denganmelampirkan dokumen berupa:
a.
surat keterangan persetujuan penggunaan nama koperasi dari
Pejabat;
b.
2 (dua) rangkap akta pendirian koperasi, 1 (satu) diantaranya
bermaterai cukup; c.
c.
surat kuasa pendiri;
d.
notulen rapat pembentukan koperasi;
e.
berita acara rapat Pembentukan Koperasi;
f.
akta pendirian koperasi yang dibuat dan ditandatangani oleh
Notaris;
g.
surat bukti jumlah setoran simpanan pokok dan simpanan wajib
sebagai modal awal;
h.
surat keterangan domisili;
i.
rencana kegiatan usaha koperasi minimal 3 (tiga) tahun ke depan
dan Rencana Anggaran Belanja dan Pendapatan Koperasi; dan
j. Surat permohonan Izin Usaha Simpan Pinjam/Unit Usaha Simpan
Pinjam, bagi Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi jenis lain yang memiliki unit
simpan pinjam.
sumber :
Komentar
Posting Komentar